Kajian

Hindari Hal Berikut agara Pahala Puasa tidak Berkurang

Hindari Hal Berikut agara Pahala Puasa tidak Berkurang

nubangkalan.or.id—Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, melainkan juga menjaga diri dari segala hal yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala puasa. Puasa sejatinya adalah ibadah untuk melatih pengendalian diri secara menyeluruh, baik dalam hal fisik, ucapan, maupun perilaku.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa tidak semua orang yang berpuasa benar-benar mendapatkan manfaat dari puasanya. Beliau bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش

Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun ia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. An-Nasa’i)

Dalam kacamata fikih, puasa seseorang dihukumi sah jika syarat dan rukunnya terpenuhi serta tidak melakukan hal-hal yang membatalkannya. Namun, selain keabsahan secara hukum, ada aspek lain yang harus dijaga agar pahala puasa tidak hilang dan ibadah tetap berkualitas.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ menyebutkan lima hal yang dapat membatalkan pahala puasa seseorang. Beliau bersabda:

خمسٌ يُفطِرن الصّائِم: الغِيبةُ، والنّمِيمةُ، والكذِبُ، والنّظرُ بِالشّهوةِ، واليمِينُ الكاذِبةُ

Artinya, “Ada lima hal yang dapat membatalkan pahala orang berpuasa, yaitu membicarakan orang lain (gibah), mengadu domba (namimah), berbohong, melihat dengan syahwat, dan bersumpah palsu.” (HR Ad-Dailami).

Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ juga bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ رواه البخاري

Artinya, “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh terhadap (amal) dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari).

Dua hadis ini mengajarkan bahwa puasa bukan sekadar ibadah fisik, melainkan juga ibadah hati dan akhlak. Jika seseorang masih melakukan dosa seperti gibah, dusta, dan perbuatan maksiat lainnya, maka puasanya kehilangan nilai spiritual dan pahalanya berkurang atau bahkan hilang.

Oleh karena itu, seorang Muslim harus menjaga kesucian puasanya dengan tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menjaga lisan, perbuatan, dan hati dari hal-hal yang diharamkan. Puasa yang benar adalah yang membentuk pribadi yang lebih baik, meningkatkan ketakwaan, dan memperbaiki hubungan dengan Allah ﷻ serta sesama manusia.

Penulis: Bushiri/Pengurus LTN PCNU Bangkalan
Editor: Syifaul Qulub Amin/ Pengurus LTN PCNU Bangkalan

Comment here