Tak Berkategori

Apakah Ada Puasa yang Sia-Sia?

Apakah Ada Puasa yang Sia-Sia?

nubangkalan.or.id—Jawabannya adalah ada. Sia-sia dalam arti dia tidak mendapatkan makna dari puasanya. Imam Ghazali menggambarkan puasa yang sia-sia dengan seorang yang sedang membangun istana, tapi merobohkan kotanya. Perhatikan penjelasan menarik berikut, yang menurut saya perlu diketahui setiap Muslim supaya puasanya lebih bermakna.

فلا معنى للصوم وهو الكف عن الطعام الحلال ثم الإفطار على الحرام. فمثال هذا الصائم مثال من يبني قصراً ويهدم مصراً فإن الطعام الحلال إنما يضر بكثرته لا بنوعه، فالصوم لتقليله–(إحياء علوم الدين: جزء ١، صحيفة ٢٤٥ [بترقيم الشاملة آليا])

Artinya: “Puasa yang tidak mengandung makna adalah mencegah memakan makanan halal, tapi dia membatalkannya dengan perkara haram. Model puasa orang seperti ini, laksana ia membangun istana, tapi merobohkan kotanya. Makanan halal berbahaya hanya sebab porsi banyaknya, tidak karena jenis makanannya. Fungsi puasa adalah untuk mempersedikit porsi tersebut.”

Dari penjelasan Imam Ghazali dalam kitab Ihyā Ulūmiddīn ini, kita tahu bahwa jika berpuasa, selain harus menjaga syarat, rukunnya, dan menahan diri dari sesuatu yang dapat membatalkan puasa, juga harus menjaga nafsu dari perbuatan dosa.

Imam Ghazali memberi perumpamaan apik bagi orang yang telah menjaga keabsahan puasanya secara syariat, artinya syarat dan rukunnya sudah terpenuhi, tapi dia tetap saja berbuat dosa. Orang macam ini laksana sedang membangun istana megah dengan berpuasa, tapi secara sekaligus merobohkan kotanya dengan melakukan dosa. Supaya lebih jelas, perhatikan penjelasan Imam Ghazali selanjutnya.

وتارك الاستكثار من الدواء خوفاً من ضرره إذا عدل إلى تناول السم كان سفيهاً. والحرام سم مهلك للدين. والحلال دواء ينفع قليله ويضر كثيره. وقصد الصوم تقليله–(إحياء علوم الدين: جزء ١، صحيفة ٢٤٥ [بترقيم الشاملة آليا])

Artinya: “Termasuk orang yang sangat bodoh yaitu dia yang tidak makan banyak obat karena alasan berbahaya. Padahal, dia sedang memakan racun. Perkara haram adalah racun agama. Perkara halal dengan porsi sedikit akan menjadi obat, tapi dengan porsi banyak akan berbahaya. Fungsi puasa adalah untuk mempersedikit supaya tidak menjadi bahaya.”

Jangan menjadi orang bodoh yang disebutkan oleh Imam Ghazali di atas. Dia seakan-akan enggan meminun banyak obat karena khawatir membahayakan dirinya, tapi dia tidak ada rasa takut mengkonsumsi racun yang jelas berbahaya. Sungguh sangat bodoh.

Tidak ada istilah dosa porsi sedikit atau banyak. Perbuatan dosa tetap menjadi racun agama. Berpuasa dengan mempersedikit porsi makan akan bermanfaat untuk badan kita. Namun, jika berbuka puasa dengan makanan halal, tapi dengan porsi banyak atau berlebihan akan mengurangi esensi dari makna puasa itu sendiri, yakni mempersempit ruang setan menguasai nafsu kita dengan cara berpuasa, mempersedikit makan.

Berkaitan dengan seorang yang berpuasa, tapi dia tidak mendapatkan makna dari puasanya tersebut, dia hanya mendapatkan lapar dan haus, Nabi Muhammmad ﷺ bersabda:

وقد قال صلى الله عليه وسلم ” كم من صائم ليس له من صومه إلا الجوع والعطش ” فقيل هو الذي يفطر على الحرام، وقيل هو الذي يمسك عن الطعام الحلال ويفطر على لحوم الناس بالغيبة وهو حرام، وقيل هو الذي لا يحفظ جوارحه عن الآثام–(إحياء علوم الدين: جزء ١، صحيفة ٢٤٥ [بترقيم الشاملة آليا])

Artinya: “Nabi Muhammad ﷺ bersabda: ‘Banyak sekali yang berpuasa hanya memperoleh lapar dan haus dari puasanya’. Ada yang mengatakan orang tersebut adalah dia yang membatalkan puasanya dengan perkara haram. Pendapat lain menyatakan adalah dia yang menahan dari makanan halal, tapi membatalkannya dengan perkara haram, yakni dengan bergibah, dia laksana sedang memakan daging-daging manusia. Pendapat terakhir menyatakan adalah dia yang enggan menjaga tubuhnya dari perbuatan dosa.”

Walhasil, mari kita raih makna puasa yang sesungguhnya. Tidak hanya bercukup dengan lapar dan haus saja. Sebisa mungkin kita jaga pola makan saat berbuka puasa dengan hidangan secukupnya, bukan sepuasnya. Mari kita menjaga syarat, rukun puasa, dan menjaga dari hal yang membatalkannya. Pun jangan lupa untuk selalu menjaga dari perbuatan dosa supaya puasa kita lebih bermakna di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.

Semoga bermanfaat.

Rujukan: Syekh Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali. Ihyā’ Ulūmiddīn. Juz 1, halaman 245. Maktabah Syamilah.

Penulis & Editor: Syifaul Qulub Amin/Pengurus LTN PCNU Bangkalan

Comments (1)

  1. Wonderful goods from you, man. I have understand your stuff previous to and you are just too magnificent. I really like what you have acquired here, really like what you are saying and the way in which you say it. You make it enjoyable and you still take care of to keep it smart. I can’t wait to read far more from you. This is actually a wonderful website.

Comment here