Kajian

Ruh Puasa yang Harus Dijaga

Ruh Puasa yang Harus Dijaga

nubangkalan.or.id—Bagaimana kalau manusia hidup tanpa ruh? Tentu jawaban dia tidak hidup. Dia mati. Begitu juga dengan puasa. Puasa laksana manusia. Ia tidak bermakna tanpa ruh di dalamnya. Laksana manusia mati. Oleh sebab itu, kita harus menjaga ruh puasa supaya tetap hidup dan memiliki makna di kehidupan kita, tidak sia-sia. Apa ruh puasa? Berikut penjelasan Imam Ghazali dalam kitab Ihyā Ulūmiddīn.

فروح الصوم وسره تضعيف القوى التي هي وسائل الشيطان في العود إلى الشرور–(إحياء علوم الدين: جزء ١، صحيفة ٢٤٦ [بترقيم الشاملة آليا])

Artinya: “Ruh dan rahasia puasa adalah melemahkan kekuatan nasfu yang menjadi alat setan supaya melakukan keburukan-keburakan.” (lihat Ihyā Ulūmiddīn).

Inilah ruh dari puasa yang kita lakukan. Jadi, esensi dari puasa, menahan lapar dan haus, melihat dari penjelasan Imam Ghazali ini, adalah menguasai hawa nafsu dengan cara melemahkannya. Dengan apa cara melemahkannya? Imam Ghazali menjelaskan bahwa caranya dengan mempersedikit makan saat buka puasa. Beliau berkata:

ولن يحصل ذلك إلا بالتقليل وهو أن يأكل أكلته التي كان يأكلها كل ليلة لو لم يصم فأما إذا جمع ما كان يأكل ضحوة إلى ما كان يأكل ليلاً فلا ينتفع بصومه–(إحياء علوم الدين: جزء ١، صحيفة ٢٤٦ [بترقيم الشاملة آليا])

Artinya: “Pelemahan tersebut (pelemahan hawa nafsu) hanya hasil dengan cara mempersedikit makanan, yakni makan dengan porsi saat makan malam saja. Adapun makan (berbuka puasa) dengan dua porsi, porsi pagi digabung dengan porsi malam, maka puasanya tidak bermanfaat (tidak berefek melemahkan).” (lihat Ihyā Ulūmiddīn).

Kita bisa melihat fenomena saat bulan Ramadan tiba, makanan di mana-mana. Penjual makanan dan minuman melimpah. Sehingga, banyak sekali orang berbuka puasa dengan banyak menu. Bahkan cenderung berlebihan dalam penyiapannya. Berkaitan dengan fenomena ini, sejatinya kebiasaan ini kurang baik memandang dari ruh puasa tersebut bisa kita dapat dengan cara mempersedikit porsi buka puasa, sebagaimana uraian Imam Ghazali di atas.

Dengan hidangan yang cenderung berlebihan, secara tidak sadar kita akan berbuka puasa dengan porsi banyak, bahkan tidak sedikit yang berlebihan sehingga kekenyangan. Dengan sebab kekenyangan, ruh puasa kita akan hilang, atau mungkin mati. Bukan melemahkan hawa nafsu, malah menguatkannya karena rus yang dapat melemahkan kita hilangkan.

Di samping itu, bahkan Imam Ghazali bukan hanya mengharuskan mempersedikir porsi buka puasa supaya ruh puasa ada, melainkan juga menjelaskan bahwa termasuk dari etika orang berpuasa adalah tidak banyak tidur pada siang hari. Apa alasannya? Perhatikan penjelasan beliau berikut.

بل من الآداب أن لا يكثر النوم بالنهار حتى يحس بالجوع والعطش ويستشعر ضعف القوي فيصفو عند ذلك قلبه–(إحياء علوم الدين: جزء ١، صحيفة ٢٤٦ [بترقيم الشاملة آليا])

Artinya: “Bahkan, etika baik bagi orang berpuasa adalah tidak banyak tidur pada siang hari sehingga dia merasakan lapar dan haus. Dari rasa tersebut, akan terasa lemahnya nafsu. Pada saat itu, hati akan mulai bersih.”(lihat Ihyā Ulūmiddīn).

Ala kullihal, mari berpuasa dengan memerhatikan ruh dari puasa kita, berbuka puasa dengan porsi sewajarnya, bulan sepuasnya. Jangan sampai ruh itu hilang sebab akan menghilangkan esensi dari puasa, yakni melemahkan hawa nafsu. Kalau bisa, mari kita perkuat ruh tersebut dengan tidak banyak tidur pada siang hari sehingga rasa lapar dan haus itu bisa kita rasakan. Efeknya, bukan hanya melemabkan hawa nafsu, memainkan juga akan membersihkan hati kita.

Semoga bermanfaat! Selamat berbuka puasa.

Rujukan: Syekh Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali. Ihyā’ Ulūmiddīn. Juz 1, halaman 246. Maktabah Syamilah.

Penulis & Editor: Syifaul Qulub Amin/Pengurus LTN PCNU Bangkalan

Comment here