
nubangkalan.or.id—Ramadan adalah bulan al-Qur’an, begitulah slogan yang digaungkan para ulama untuk memotivasi kaum muslimin membaca al-Qur’an di bulan suci ini.
Jika kita runut dari proses turunnya, al-Qur’an sangat erat sekali dengan Ramadan. Menurut pendapat yang masyhur, al-Qur’an diturunkan melalui dua tahapan:
– Al-Qur’an diturunkan dari Lauhil Mahfudz ke Baytil Izzah yang bertempat di lapisan langit bumi secara keseluruhan (jumlatan wahidah). Peristiwa ini, menurut mayoritas ulama terjadi pada bulan Ramadan, tepatnya pada Lailatul Qadar. Berdasarkan firman Allah:
إِنَّاۤ أَنزَلۡنَـٰهُ فِی لَیۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ.
– Al-Qur’an diturunkan dari Baytil Izzah ke sanubari Rasulullah ﷺ secara berangsur-angsur selama lebih kurang 23 tahun. Sedangkan wahyu pertama yang turun adalah ayat 1—5 surat al-Alaq. Menurut pendapat yang populer, peristiwa ini terjadi malam 17 Ramadan. Ibnu Katsir menyebutkan riwayat dari Abi Ja’far al-Baqir:
كان ابتداء الوحي إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم الإثنين لسبع عشر ليلة خلت من رمضان.
Artinya: “Wahyu pertama yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ terjadi pada hari senin malam 17 Ramadan.”
Dari keterangan ini, maka tidak salah jika Ramadan disebut sebagai bulannya al-Qur’an. Tentunya, sangat tepat kaum muslimin meramaikan Ramadan dengan al-Qur’an. Suara speaker masjid, mushalla, surau terdengar nyaring saling bersautan melantunkan ayat-ayat suci, semakin menambah khidmat suasana Ramadan.
Kegiatan ini, konon katanya digagas pertama kali oleh Sayyidina Umar, kemudian terus ditumbuhkembangkan hingga sekarang.
Dikisahkan pada suatu malam di bulan Ramadan, Sayyidina Ali berjalan menyisiri kota, beliau mendengar gemuruh suara manusia bersautan melantukan al-Qur’an di seluruh masjid, lalu beliau berkata:
نوّر الله على عمر قبره كما نوّر مساجدنا.
Artinya: “Semoga Allah menerangi Umar dalam kuburnya, seperti halnya dia menerangi masjid-masjid dengan bacaan al-Qur’an.”
Suasana Ramadan memang sangat nyaman untuk membaca al-Qur’an. Mungkin itu yang dulu dirasakan oleh Rasulullah ﷺ. Bagaimana tidak, setiap malam beliau bertadarus bersama malaikat Jibril. Pun demikian yang dirasakan para salaf.
Banyak ulama yang memfokuskan waktunya untuk membaca al-Qur’an di bulan Ramadan. Bahkan Imam Malik meliburkan semua pengajian beliau agar bisa fokus membaca al-Qur’an. Pun demikian Imam Zuhri, Sufyan Tsauri meninggalkan semua aktifitasnya hanya untuk al-Qur’an.
Ada yang seminggu sekali khatam, tiga hari sekali khatam, dua hari, setiap malam. Bahkan Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i, sebulan bisa 60 kali khataman.
Lalu dari sisi keutamaan, sangatlah banyak sekali, di antara lain puasa dan al-Qur’an kelak di akhirat akan menjelma menjadi penolong, ia akan membela kita dihadapan Allah. Dalam hadis shahih disebutkan:
الصيامُ والقرآنُ يَشْفَعانِ للعبدِ، يقولُ الصيامُ : أَيْ رَبِّ ! إني مَنَعْتُهُ الطعامَ والشهواتِ بالنهارِ، فشَفِّعْنِي فيه، ويقولُ القرآنُ : مَنَعْتُهُ النومَ بالليلِ، فشَفِّعْنِي فيه؛ فيَشْفَعَانِ.
Artinya: “(Amalan) puasa dan membaca al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat.
(Amalan) puasa akan berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka terimalah syafa’at-ku untuknya. (Amalan) al-Qur’an berkata: Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka terimalah syafa’at-ku untuknya. Kemudian keduanya diterima syafa’atnya.”
Oleh karena itu, momentum Ramadan sangatlah tepat untuk mentadarusi al-Qur’an. Mari gunakan waktu yang berkah dengan baik.
Jika tidak bisa seperti para salaf, minimal selama Ramadan ini, khatam al-Qur’an sekali. Jangan tidak sama sekali, karena bisa jadi itu penyebab kegalauan hatimu sepanjang tahun. Ibnu Jauziy mengatakan:
إذا لم يختم المسلم القرآن تلاوة في رمضان شهر القرآن، فلن يختمه في سائر السنة إلا أن يشاء الله. وعدم الختم خذلان،يستوجب إدامة الدعاء، بكشف الغمة،ورفع الغفلة عن القلب.
Artinya: “Jika seorang muslim tidak menuntaskan bacaan al-Qur’an di bulan Ramadan, padahal bulannya al-Qur’an, maka ia tidak akan dapat menuntaskan bacaannya di bulan-bulan lainnya dalam setahun, kecuali jika Allah menghendakinya. Tidak khatam al-Qur’an merupakan suatu kegagalan, yang memerlukan permohonan terus-menerus agar dapat menghilangkan kegundahan dan mengangkat kelalaian dari hati.”
Apa yang disampaikan Ibnu Jauziy merupakan fakta, seseorang yang di bulan Ramadan saja jarang membaca al-Qur’an, sudah bisa dipastikan di bulan yang lainnya tidak akan pernah menyentuh mushaf. (Kecuali yasin & tahlil)
Sudahkah anda khatam al-Qur’an? Berapa kali di bulan Ramadan?
Penulis: K.H. Imam Rahmatullah
Editor: Syifaul Qulub Amin/Pengurus LTN PCNU Bangkalan
Comment here