
nubangkalan.or.id—Trunojoyo adalah simbol budaya, bukan hanya sejarah. Ia hidup dalam semangat dan jati diri masyarakat Bangkalan. Masyarakat Madura patut berbangga memiliki figur seperti Trunojoyo—seseorang yang bukan hanya dikenang karena keberaniannya, tetapi juga karena warisan nilai luhur yang terus tumbuh dalam denyut nadi kehidupan mereka.
Trunojoyo bukan hanya tokoh sejarah, tetapi telah menjelma menjadi bagian integral dari identitas budaya masyarakat Bangkalan, Madura. Dalam pandangan saya, sosok Trunojoyo adalah representasi paling nyata dari semangat perlawanan, kehormatan, dan keberanian yang menjadi ciri khas masyarakat Madura. Ia bukan sekadar nama yang diabadikan pada tempat atau institusi, tetapi simbol nilai-nilai luhur yang terus hidup dan diwariskan lintas generasi.
Keberanian Trunojoyo dalam menentang kekuasaan Mataram dan kolonial Belanda menunjukkan bahwa sejak dulu, masyarakat Madura memiliki kesadaran politik dan keberpihakan terhadap keadilan. Perlawanan yang dipimpinnya bukan hanya bermotif kekuasaan, melainkan juga dilandasi oleh rasa tanggung jawab terhadap rakyat yang tertindas. Inilah nilai penting yang membuat Trunojoyo lebih dari sekadar tokoh pemberontak—ia adalah pahlawan yang memperjuangkan harga diri bangsanya.
Di Bangkalan, warisan Trunojoyo terasa sangat kuat. Bandara Trunojoyo, nama jalan, sekolah, hingga cerita rakyat tentang perjuangannya menunjukkan betapa ia telah menyatu dalam kesadaran kolektif masyarakat.
Bahkan dalam praktik budaya seperti kidung, tembang, atau cerita rakyat, nama Trunojoyo selalu diangkat sebagai lambang keberanian dan keteguhan hati. Ini menandakan bahwa sosoknya telah menjadi roh budaya yang hidup dalam narasi keseharian masyarakat Madura.
Menurut saya, mempertahankan ingatan kolektif tentang Trunojoyo adalah bentuk pelestarian identitas.
Dalam dunia yang semakin modern dan global, masyarakat membutuhkan tokoh panutan lokal yang bisa menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan. Trunojoyo memenuhi peran ini secara sempurna. Ia mengajarkan kita untuk tidak tunduk pada ketidakadilan, untuk menjunjung kehormatan, dan untuk selalu berdiri di pihak kebenaran—nilai-nilai yang sangat relevan hingga hari ini.
Nama “Trunojoyo” tidak hanya dikenal di Madura—khususnya di Bangkalan, kampung halamannya—tetapi juga tersebar luas di berbagai kota di Indonesia sebagai nama jalan utama. Keberadaan nama Jalan Trunojoyo di luar Madura bukan tanpa alasan. Fenomena ini mencerminkan penghargaan nasional terhadap tokoh lokal yang perannya dianggap signifikan dalam perjalanan sejarah bangsa.
1. Pengakuan terhadap Kiprah Sejarah Trunojoyo
Raden Trunojoyo adalah tokoh penting dalam sejarah perlawanan terhadap kekuasaan Mataram dan penjajahan Belanda pada abad ke-17. Meski perjuangannya berakhir tragis, semangat perlawanan dan keberaniannya menjadi simbol perjuangan rakyat. Pemberontakan Trunojoyo menunjukkan bahwa perlawanan terhadap penindasan bukan hanya terjadi di Jawa atau Sumatra, tetapi juga di daerah timur seperti Madura. Inilah yang membuat Trunojoyo diakui secara nasional, dan layak diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota.
2. Simbol Perlawanan dan Kedaulatan
Nama jalan bukan hanya penanda lokasi; ia sering dipilih sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai tertentu. Trunojoyo mewakili semangat perjuangan, harga diri, dan perlawanan terhadap ketidakadilan—nilai-nilai universal yang relevan di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan namanya tidak terbatas pada wilayah asalnya saja, melainkan meluas sebagai simbol nasional.
3. Upaya Pemerataan Identitas Pahlawan Nusantara
Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan tokoh sejarah dari berbagai etnis dan daerah. Penggunaan nama Trunojoyo di luar Madura mencerminkan semangat kebhinekaan—pengakuan bahwa pahlawan nasional tidak hanya berasal dari pusat kekuasaan (Jawa Tengah atau Jakarta), tetapi juga dari daerah-daerah seperti Madura. Ini penting untuk membangun identitas nasional yang inklusif dan adil.
4. Afirmasi Budaya Madura di Kancah Nasional
Keberadaan Jalan Trunojoyo di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Malang, hingga Makassar juga menjadi bentuk afirmasi atas budaya Madura yang selama ini cenderung terpinggirkan. Ini menunjukkan bahwa kontribusi budaya dan sejarah Madura mendapat tempat dalam ruang publik nasional.
Rujukan:
– Kuasa dan Moral Pangeran Trunojoyo Madura” Karya Moh. Romli (2019);
– Jejak Trunojoyo, Ksatria Madura yang Menggetarkan Mataram dan Belanda” Karya Madura Post;
– Trunojoyo, Pangeran Madura yang Pernah Taklukkan Kesultanan Mataram” Terbit di Detik Jatim; dan
– Sejarah Panjang Pemberontakan Trunojoyo Terhadap Mataram” Terbit di Merdeka.com.
Penulis: Ainun Najib, Santri Pondok Pesantren Nurul Cholil Bangkalan, Pegiat Literasi, dan Seni
Editor: Syifaul Qulub Amin, Pengurus LTN PCNU Bangkalan
Comment here