News

GP Ansor Durjen Dilantik, Berikut Nasehat Ketua MWCNU Kokop

Nubangkalan.or.id,- Kepengurusan baru Pimpinan Ranting Gerakan Pemuda Ansor Durjan masa khidmat 2022-2024 resmi dilantik di Pondok Pesantren Darul Hikmah, Barat Sungai, Durjan, Kokop, Bangkalan dan turut dihadiri sejumlah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangkaalan dan Majlis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama Kokop, Sabtu (27/02/22).

Ketua Tanfidziyah MWCNU Kokop, Kiai Mukhtar Syafaat dalam sambutannya mengharapkan kepada seluruh pengurus agar bisa menjalankan pemikiran para pendiri Nahdlatul Ulama,

“Mari kita sebagai kader dari Jam’iyah Nahdlatul Ulama, benar-benar bisa memahami tentang jalan yang menjadi pemikiran para muasis (pendiri) Nahdlatul Ulama, sehingga bisa diteladani dan dilakukan sedikit demi sedikit, berubah menjadi lebih baik, insyaallah mendapatkan berkah dan diakui sebagai santrinya. Dan, siapa yang diakui santrinya, Insyaallah kelak akan bersama masuk surga,” jelas Anggota Komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur itu.

Dalam kesempatan tersebut, Kiai Mukhtar Syafaat mengulas beberapa jalan pemikiran pendiri Nahdlatul Ulama, yaitu terciptanya persatuan antar umat Islam, yang harus dijadikan pedoman oleh warga NU.

“Dalam qanun asasi, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari mengajak kepada semua umat Islam untuk saling mengasihi, saling menyayangi dan bersatu sesama umat Islam,” ujar salah satu Perumus Lembaga Bahtsul Masail PCNU Bangkalan itu.

Maksud dari bersatu sesama umat Islam di atas menurut Kiai Mukhtar adalah tidak harus sama dalam pemikirannya, akan tetapi boleh berbeda namun harus bisa saling menghormati dan menghargai setiap perbedaan yang ada. Ia kemudian mengutip hadits Rasulullah yang artinya,

“Ada tiga hal yang Allah ridhai untuk kalian semua, dan ada tiga hal pula yang Allah benci dari kalian semua, (1) menyembah kepada Allah dan tidak pernah menyekutukan-Nya; (2) bersatu dan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan jangan sampai berpecah belah; dan (3) memberi nasihat kepada orang-orang yang diangkat oleh Allah untuk menjadi pimpinan.”

Menurut Kiai Mukhtar, yang dimaksud poin kedua berupa larangan berpecah belah pada hadits di atas adalah tidak menghargai terhadap pilihan cara beragama orang lain.

“Jika ada umat Islam memiliki pemikiran untuk melaksanakan maulid nabi, maka yang tidak melaksanakan jangan menyalahkannya, begitu juga sebaliknya. Jika ada umat Islam memiliki pemikiran untuk melakukan tahlil, maka yang tidak tahlil tidak boleh menyalahkannya, juga sebaliknya,” jelasnya

Sedangkan poin ketiga adalah memberi nasihat kepada orang-orang yang diangkat oleh Allah untuk menjadi pimpinan. Hanya saja, perlu diketahui bahwa cara memberi nasihat kepada pemimpin jangan sampai dilakukan di depan tempat umum atau di tempat ramai. Jangan sampai dilakukan di tempat umum, akan tetapi dengan membawa mereka ke tempat sepi, kemudian dinasehati.

“Inilah mazhab yang diterapkan oleh Jam’iyah Nahdlatul Ulama. Setiap ada pemimpin yang melakukan kesalahan-kesalahan, maka NU tidak membiarkan, akan tetapi cara memberikan nasihat tidak melalui siaran,” jelasnya. (Badrun/ Hasin)

Comment here