Kajian

Bahasa sebagai Cerminan Identitas Sosial dan Kebudayaan

Bahasa sebagai Cerminan Identitas Sosial dan Kebudayaan

nubangkalan.or.id—Bahasa merupakan salah satu aspek paling mendasar dalam kehidupan manusia. Lebih dari sekadar alat komunikasi, bahasa mencerminkan identitas, kebudayaan, serta struktur sosial suatu masyarakat. Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai sarana menyampaikan informasi, tetapi juga sebagai alat untuk membentuk pola pikir, mengungkapkan ekspresi, serta mempertahankan nilai dan norma dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain, bahasa menjadi fondasi utama dalam interaksi manusia yang mencerminkan bagaimana suatu komunitas membangun, memahami, dan mempertahankan kebudayaannya. 

Dalam ilmu sosiolinguistik (ilmu tentang bahasa yang digunakan di dalam interaksi sosial), bahasa memiliki berbagai fungsi yang sangat beragam. Beberapa di antaranya adalah fungsi ekspresif yang memungkinkan individu menyampaikan perasaan dan emosi, fungsi direktif yang digunakan untuk memberi arahan atau perintah, serta fungsi referensial yang berkaitan dengan penyampaian informasi.

Selain itu, ada pula fungsi metalinguistik (penelitian tentang hubungan antara faktor bahasa dan faktor bukan bahasa dalam masyarakat) yang berperan dalam menjelaskan dan menganalisis bahasa itu sendiri, fungsi puitis yang digunakan dalam sastra dan seni untuk menciptakan keindahan bahasa, serta fungsi fatis yang membantu membangun dan mempertahankan hubungan sosial. Keberagaman fungsi ini menunjukkan bahwa bahasa bukan hanya sarana komunikasi verbal, melainkan juga memainkan peran penting dalam membentuk interaksi sosial dan menjaga harmoni dalam kehidupan bermasyarakat. 

Keberadaan masyarakat sendiri tidak dapat dipisahkan dari bahasa. Secara etimologis, kata “masyarakat” dalam bahasa Inggris berasal dari society, yang berakar dari kata Latin socius, yang berarti “kawan”. Sementara itu, dalam bahasa Arab, kata “masyarakat” memiliki akar dari syakara, yang berarti “ikut serta dan berpartisipasi”. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat adalah sebuah entitas yang terbentuk melalui interaksi sosial yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, bahasa berfungsi sebagai penghubung yang memungkinkan individu berbagi pengalaman, nilai, dan norma yang menjadi dasar kehidupan bersama. Tanpa bahasa, komunikasi dan kerja sama dalam masyarakat akan sulit terjalin, yang pada akhirnya dapat menghambat perkembangan budaya dan peradaban. 

Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Setiap bahasa memiliki keunikan tersendiri yang mencerminkan nilai-nilai, kebiasaan, dan tradisi masyarakat yang menggunakannya. Misalnya, dalam bahasa Jepang terdapat konsep keigo atau bahasa sopan yang mencerminkan budaya hierarki dan penghormatan terhadap orang lain. Begitu pula dalam bahasa Indonesia, terdapat banyak kata sapaan yang menunjukkan nilai kesopanan dan tata krama, seperti “Bapak”, “Ibu”, atau “Anda”. Hal ini membuktikan bahwa bahasa tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan pesan, tetapi juga menjadi cerminan dari sistem nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat. 

Dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia, keberagaman bahasa menjadi kekayaan budaya yang tak ternilai. Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah yang masing-masing merepresentasikan identitas suku dan budaya lokal. Namun, di era globalisasi, tantangan besar muncul dalam menjaga eksistensi bahasa daerah. Dominasi bahasa nasional serta meningkatnya penggunaan bahasa asing, terutama dalam dunia pendidikan dan industri, sering kali menyebabkan penurunan penggunaan bahasa daerah di kalangan generasi muda. Jika fenomena ini terus berlanjut tanpa adanya upaya pelestarian yang serius, banyak bahasa daerah berpotensi mengalami kepunahan, yang pada akhirnya akan menghilangkan bagian penting dari identitas budaya suatu kelompok masyarakat. 

Oleh karena itu, berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjaga keberlangsungan bahasa daerah. Pemerintah, akademisi, serta tokoh masyarakat, termasuk para kiai dan budayawan, memiliki peran penting dalam merancang kebijakan yang mendukung pelestarian bahasa. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah menerapkan prinsip yang terkandung dalam slogan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yaitu “Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing.”

Slogan ini menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan dalam penggunaan bahasa, di mana bahasa Indonesia harus tetap menjadi perekat persatuan, bahasa daerah harus terus dilestarikan sebagai bagian dari identitas budaya, dan bahasa asing dikuasai untuk menghadapi tantangan global. 

Implementasi dari prinsip ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memasukkan bahasa daerah dalam kurikulum pendidikan, mengadakan festival budaya, serta mendukung penelitian tentang bahasa dan dialek lokal.

Selain itu, media massa dan teknologi juga dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mempromosikan penggunaan bahasa daerah, misalnya melalui film, lagu, atau konten digital yang mengangkat bahasa dan budaya lokal. Dengan langkah-langkah ini, bahasa daerah tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. 

Selain tantangan dalam menjaga bahasa daerah, globalisasi juga membawa fenomena lain dalam penggunaan bahasa, yaitu munculnya bahasa campuran atau code-switching dalam komunikasi sehari-hari. Di Indonesia, fenomena ini dapat diamati dalam penggunaan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa Inggris, terutama di kalangan anak muda dan profesional urban.

Meskipun fenomena ini dapat dianggap sebagai bagian dari dinamika bahasa yang alami, penggunaannya yang berlebihan dapat berpotensi mengikis pemahaman terhadap bahasa asli dan menurunkan apresiasi terhadap warisan linguistik yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya. Oleh karena itu, perlu ada kesadaran dalam menggunakan bahasa dengan bijak, yakni dengan tetap menghormati dan mempertahankan keunikan bahasa ibu sebagai bagian dari identitas budaya. 

Kesimpulannya, bahasa bukan sekadar alat komunikasi, melainkan juga merupakan bagian integral dari identitas sosial dan kebudayaan suatu masyarakat. Dalam interaksi sosial, bahasa memainkan peran penting dalam membentuk pola pikir, menjaga hubungan antarindividu, serta mempertahankan warisan budaya. Namun, di era modern ini, berbagai tantangan seperti globalisasi dan dominasi bahasa asing mengancam kelangsungan bahasa daerah dan bahasa asli suatu bangsa.

Oleh karena itu, perlu ada upaya kolektif dari pemerintah, akademisi, serta masyarakat untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa sebagai aset budaya yang berharga. Dengan mengedepankan prinsip “Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing,” bahasa tidak hanya bertahan sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol identitas dan jati diri suatu bangsa yang kaya akan nilai dan sejarah.

Penulis: Fahrizal Rahman/Departemen Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Kreativitas PC ISHARI NU Bangkalan
Editor: Syifaul Qulub Amin/LTN PCNU Bangkalan

Comment here