Bangkalan – Globalisasi telah melahir-ciptakan gadget sebagai instrumen untuk menandai gererasi milenial. Teknologi informasi itu dibentuk seolah-olah merupakan alat yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. Alat-alat teknologi tinggi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan ini.
Digital Yout Project yang dirilis Yayasan MacArthur selama tiga tahun berhasil membuktikan bahwa internet baik bagi perkembangan remaja. Artinya pengguna internet pasti memperoleh dampak positifnya. Sejumlah penelitian tentang dampak dan pemanfatan internet menunjukkan bahwa internet menjadi sumber utama untuk belajar tentang apa yang sedang terjadi di dunia seperti untuk hiburan, bergembira, relaksasi, melupakan masalah, menghilangkan kesepian dan berbagai kegiatan mengisi waktu luang lainnya. Namun, sedikit orang-orang mengisi waktu luangnya menggunakan internet untuk belajar agama.
Tidak sedikit yang mendapatkan manfaat dari belajar agama melalui internet, tapi banyak juga yang justru memahami agama secara serampangan karena keliru memilih figur otoritas agama yang pahamnya tidak sesuai dengan kontek sosial dan kebudayaan Nusantara.
Untuk itulah, pada hari ini (Ahad, 04 Oktober 2020). BEM STAI Al-Hamidiyah Sen Asen Konang Bangkalan, mengadakan dialog Keagamaan dan Kebudayaan dengan tema; “Tantangan Ber-Aswaja di Era Milenial dalam Kontek Kebudayaan”. Acara dibuka oleh K. Ahmad Sayuti mewakili dari pihak yayasan, dilanjutkan sambutan oleh Ahmadi sebagai Ketua STAI Al-hamidiyah, dan Ahmad Hitami Firmansyah selaku Presiden BEM STAI Al-Hamidiyah. Sebagai pembicara dalam acara, H. A. Muzawwir selaku Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Bangkalan dan dosen STAI PANA Pasuruan dan juga pendiri Kampus Alam (Padepokan Lembah Suci Al-haq) Ketapang Sampang.
Dalam kesempatan ini, Pembicara yang akrab dipanggil Ra Zawwir ini menjelaskan tentang kategori era Milenial, yang dalam pemetaan kelompok demografi dikenal sebagai generasi Y atau generasi langgas. Para pakar menyepakati awal tahun 1980-an sebagai awal kelahiran generasi Milenial, dan tahun 2000-an sebagai akhir kelahiran. Umumnya, generasi Milenial merupakan anak-anak dari generasi Baby Boomers dan Gen-X yang tua.
Selanjutnya, Ia melanjutkan; “bahwa generasi-generasi tersebut, mempunyai karakteristik tersendiri sesuai wilayah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun, generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Di sebagian besar belahan dunia, pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan liberalisasi politik dan ekonomi; meskipun pengaruhnya masih diperdebatkan. Keakraban generasi milenial dengan media sosial harus dimanfaatkan dengan baik dan dikuasai oleh kader-kader Nahdlatul Ulama (NU). Saat ini, media sosial telah dijadikan medan pertarungan ideologis oleh kelompok-kelompok yang berpaham fundamentalis-radikal. Kader Milenial NU harus menghadapi dengan mengajukan paham Aswaja An-Nahdliyah yang mengutamakan prinsip ajaran moderat, keseimbangan, adil dan toleran” pungkasnya.
Selanjutnya, pembicara kedua menyampaikan uraian yang dapat disimpulkan: Pertama, Agama (Islam) bersumberkan wahyu dan memiliki norma-norma sendiri. Karena bersifat normatif, maka cenderung menjadi permanen. Sedangkan budaya adalah buatan manusia. Oleh sebab itu ia berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan cenderung untuk selalu berubah. Sehingga budaya Islam adalah budaya yang berdasar pada nilai-nilai Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Kedua, dalam tumbuh-kembanganya budaya budaya tidak dapat dipandang sebagai suatu perkembangan budaya yang value free (bebas nilai), tetapi justru value bound (terikat nilai). Oleh karenanya kesadaran kritis dan inovasi generasi milenial harus dibentuk. Juga budaya berorganisasinya harus dibangun dan peran harus diberikan kepada generasi milenial untuk membentuk karakter dan melesatarikan budaya bangsa atau local wisdom dalam kehidupan sekarang dan selanjutnya.
Acara dialog yang berlangsung di Aula Kampus STAI Al-Hamidiyah ini, berlangsung sangat semarak, dan memberikan banyak informasi tentang fenomena Milenial hubungannya dengan tantangan ber-Aswaja dalam kontek kebudayaan. (MF)
Comment here