Tepat tanggal 25 April 2024 umat Islam khususnya warga NU mengenang Wafatnya Tokoh Pendiri Nahdlatul Ulama KH. Bisri Syansuri. Ia wafat pada 25 April 1980 di usia 93 tahun. Makamnya terletak di kompleks Pesantren Denanyar, Jombang Jawa Timur.
Kiai Bisri semasa hidupnya telah memberikan banyak kontribusi dan peran bagi bangsa dan Nahdlatul Ulama. Ia pernah menjabat sebagai wakil Rais ‘Aam dan Rais ‘Aam sejak 1972 hingga akhir hayatnya.
Kiai Bisri Syansuri tercatat sebagai tokoh Pendiri NU yang menguasai Ilmu Fikih. Ia belajar kepada Kiai Abdus Salam seorang ahli dan hafal Al-Qur’an dan juga ahli dalam bidang fiqih semasa mondok.
Melalui ajaran gurunya, Kiai Bisri mampu mendalami sejumlah ilmu. Mulai dari ilmu nahwu, shorof, fiqih, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Kiai Bisri pernah belajar ilmu agama kepada kedua tokoh agama yang terkenal pada waktu itu yakni KH Kholil Kasingan Rembang dan KH Syu’aib Sarang Lasem. Selepas belajar kepada kedua gurunya, Ia melanjutkan berguru kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Di pesantren inilah ia kemudian bertemu dengan Abdul Wahab Chasbullah, seorang yang kemudian menjadi kawan dekatnya hingga akhir hayat di samping sebagai kakak iparnya.
Kiai Bisri Syansuri juga merupakan salah satu murid dari K.H. Hasyim Asy’ari. Ia dikenal dengan kecerdasannya dalam memahami dan memberikan solusi atas berbagai permasalahan umat melalui pendekatan fikih murni.
Peran Kiai Bisri terhadap perkembangan NU tidak hanya seputar keilmuan fikih saja. Ia juga pernah menjadi inisiator pendirian pesantren perempuan pertama.
Kiai Bisri pendiri Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif, atau lebih dikenal dengan Pondok Denanyar di Jombang, Jawa Timur sepulangnya menimba ilmu di Mekah. Di pesantren yang didirikannya ini, KH Bisri membuat gebrakan sebagai ulama pertama yang membuka kelas khusus santri perempuan. Kelas ini awalnya diisi oleh santri-santri perempuan di lingkungan pesantrennya, hingga akhirnya berkembang besar.
Upaya Kiai Bisri dalam mendirikan pesantren putri adalah langkah tepat sebagai ulama fiqih yang melahirkan terobosan penting demi kemajuan pendidikan kaum perempuan. Ijtihad kreatif ini dilanjutkan oleh putri Kiai Bisri, Nyai Musyarofah yang diperistri Kiai Abdul Fattah, Tambak beras, Jombang dengan mendirikan pesantren putri di Tambak beras pada tahun 1951.
Editor : Lutfi
Comment here