KajianNews

Seimbang antara Ikhtiar Batin dan Ikhtiar Lahir Adalah Resep Jitu Menjadi Kaya Raya

Ilustrasi dibuat AI Bing

عن ابن مسعود رضي الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ الله يَقُوْلُ: مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْوَاقِعَةِ كُلَّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا

Artinya: “Diceritakan dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyaallah ‘anhu, beliau berkata; Saya pernah mendengar Rasulallah berkata, Barang siapa yang membaca surat wâqi’ah setiap malam, niscaya dia tidak akan terkena fakir selamanya.”

Krisis global dialami oleh seluruh dunia. Tidak hanya krisis kesehatan, dari krisis ini, berdampak pada semua sektor, terutama di sektor ekonomi.

Oleh sebab itu, mari tingkatkan kemampuan kita dalam dunia wirausaha. Kenapa harus berwirausaha? Ya, tentu dalam urusan ini, bentuk ikhtiar kita dan biar terhindar dari penyakit hati yang berupa 𝑡ℎ𝑎𝑚𝑎’ (mengharap pemberian orang lain).

Namun demikian, dalam pembahasan kali ini saya hanya akan membahas prihal ikhtiar yang bersifat batin. Sebagaimana yang tercantum di anak judul, ikhtiar ada dua. Akan tetapi, saya lebih memilih ikhtiar batin sebagai pembahasan kali ini karena untuk yang ikhtiar lahir, saya melihat pada saat ini, sudah berjalan sangat maksimal. Bahkan, terkadang berlebihan.

Dan, dari poin terakhir ini, terkadang muncul sebuah salah persepsi dan sampai berkata, “Saya sudah maksimal dalam ikhtiar lahir atau berwirausaha, tapi kenapa tidak kunjung sukses, apa salah saya, Tuhan?” Jawabannya simpel, yaitu kurang ikhtiar batin.

Jika sudah seimbang antara ikhtiar lahir dan batin, akan lain hasilnya. Dan walaupun hasilnya masih sama, jika sudah seimbang, tidak akan muncul salah persepsi. Mindset kita akan berubah, tidak akan ada bahasa, “apa salah saya Tuhan”.

Mari kita langsung ke pembahasan.

Menelaah dari hadis di atas, setidaknya kita bisa mengambil beberapa poin: (1) makna sukses dalam ikhtiar lahir (berwirausaha); (2) perlunya ikhtiar batin untuk menyeimbangi ikhtiar lahir; dan (3) sikap apa yang kita lakukan jika sudah sukses.

Mari kita bahas satu persatu.

Pertama, makna sukses dalam ikhtiar lahir (berwirausaha). Jika kita lihat hadis ini, makna sukses dalam berwirausaha sangat sederhana. Yaitu لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا (tidak terkena fakir selamanya). Sebagian ulama memaknai maksud dari kalimat ini dengan: “Tidak butuh pada orang lain (dalam urusan ekonomi) dengan kebutuhan yang sampai merendahkan harga diri”.

Sederhana, kan? Jadi, sukses itu bukan menjadi miliarder, punya banyak mobil, saldo di ATM tidak terhitung, dan sebagainya. Cukup dengan kebutuhan kita terpenuhi, tidak sampai meminta-minta pada orang lain.

Kedua, perlunya ikhtiar batin untuk menyeimbangi ikhtiar lahir. Ketika Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyaallah ‘anhu sakit parah, beliau dijenguk oleh sahabat Utsman bin Affan radhiyallah ‘anhu. Sahabat Utsman bin Affan radhiyaallah ‘anhu bertanya pada beliau.

“Apa yang kamu keluhkan?”

“Dosa-dosa saya” Jawab beliau.

“Apa yang kamu inginkan? Tanya Sahabat Utsman bin Affan radhiyaallah ‘anhu.

Beliau menjawab, “Rahmat Tuhan.”

Sahabat Utsman bin Affan radhiyaallah ‘anhu bertanya lagi, “Apakah saya akan memanggil dokter untukmu?”

“Yang membuat sakit saya adalah dokter” Jawab beliau.

“Aapakah saya akan memerintah orang untuk memberikan sesuatu untukmu?”

Beliau menjawab dengan santai, “Saya tidak butuh apa pun.”

Sahabat Utsman bin Affan radhiyaallah ‘anhu berkata, “Ia kamu tidak butuh apapun, tapi bagaimana dengan anak-anakmu?”

Beliau pun menjawab begini, “Apakah kamu khawatir fakir dengan anak-anak saya? Saya telah memerintah pada anak-anakku untuk membaca surat wâqı’ah tiap malam. Sebab, saya mendengar Rasulullah berkata:

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْوَاقِعَةِ كُلَّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا

Artinya: “Barang siapa yang membaca surat wâqi’ah setiap malam, niscaya dia tidak akan terkena fakir selamanya”

Dari kisah ini, apa pelajaran yang bisa kita petik? Tentu banyak sekali. Kita diajari,

(1) menyesali dosa-dosa yang telah kita perbuat;

(2) pentingnya mendapatkan rahmat Tuhan;

(3) harta tidak akan dibawa ke kuburan; dan

(4) perlunya ikhtiar batin untuk menopang ikhtiar lahir, sebagaimana yang tersirat di jawaban terakhir sahabat Ibnu Mas’ûd radhiyaallah ‘anhu.

Rutin membaca surat wâqı’ah tiap malam merupakan salah satu bentuk ikhtiar batin yang efektif.

Ketiga, sikap apa yang kita lakukan jika sudah sukses. Sukses dalam konteks ini adalah sukses sebagaimana yang telah dijelaskan pada poin pertama. Sikap setiap orang sukses, yang pertama adalah bersyukur.

Jadi, berwirausaha merupakan bentuk ikhtiar lahir yang perlu diimbangi dengan ikhtiar batin.

Pembahasan di atas adalah salah satu bentuk ikhtiar batin. Sekali lagi, salah satu. Jadi masih banyak ikhtiar batin selain membaca surat wâqı’ah.

Walhasil, metode jitu untuk kaya raya adalah seimbang antara ikhtiar lahir dan batin. Semoga bermanfaat.

Rujukan: Kaifa Yakūnu Ghaniyyan

Penulis: Syifaul Qulub Amin

Editor: Syifaul Qulub Amin

Comment here