Umur jam’iyah Nahdlatul Ulama versi Hijriyah akan genap berumur seratus tahun, atau disebut Satu abad. Resepsi satu abad NU banyak dipusatkan di Jawa Timur, mulai di Banyuwangi, Jember, termasuk resepsi puncaknya pun juga digelar di Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur.
Ini menunjukan komitmen luar biasa dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam menyelenggarakan satu abad dengan tidak melupakan sejarah, bahwa NU lahir di Jawa Timur, tepatnya di Kota Pahlawan Surabaya. Ada hal menarik yang sejatinya dilewati oleh para pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam rangkaian resepsi kali ini.
Apa yang dilupakan ? Sowan Demangan. Ya, sowan dengan harapan memperkokoh tonggak sejarah dan ikatan emosional yang tidak terelakan oleh modernisasi zaman. Demangan, Bangkalan adalah emberio lahirnya Nahdlatul Ulama. Demangan adalah epicentrum keilmuan pasca runtuhnya pusat keislaman diTurki. Dan, Demangan pula yang menjadi isyarat langit atas keyakinan Mbah Hasyim Asyary untuk mendirikan Jam’iyah Nahdlatul Ulama.
Tidak sampai disitu, Syaichona Cholil sebagai rujukan ulama Nusantara kala itu sangat kasyaf dengan Jam’iyah Nahdlatul ulama. Mulai dari Isyarat Ayat Al Qura’an surat at Taubah ayat 32, Isyarat Tongkat yang disertai surat Thaha ayat 17-23 dan terakhir adalah isyarat Tasbih, merupakan cikal bakal dari beberapa program yang selama berdirinya Nahdlatul ulama menjadi tumpuhan fikrohnya.
Ketiga Isyarat itu, sebagaimana disampaikan Kiai Makki, Ketua PCNU Bangkalan adalah paket komplit yang menjadi rumusan Qonun Asasi dan beberapa hal yang terkait dalam tubuh Jam’iyah Nahdlatul Ulama. Syaichona Cholil bukan sesederhana yang banyak ditulis dalam buku sejarah, bahwa beliau hanya sosok ulama yang memberi restu, namun lebih dari itu, Syaichona Cholil adalah seorang grand Syekh yang paham betul terhadap akan Jam’iyah Nahdlatul Ulama, sehingga isyarat Isyarat beliau tegak lurus sampai sekarang yang dituangkan dalam program program konkrit oleh PBNU, PWNU, PCNU sampai ke Ranting Ranting.
Adanya Ad/ART, Banom , lembaga merupakan ejawantah dari Isyarat Syaichona Cholil secara mata rantai. Maka, menurut saya sangat urgen bila suatu saat, entah setelah acara resepsi satu abad NU, Pengurus PBNU mengumpulkan ulama ulama Khos, dan pengurus struktural untuk sowan Demangan, duduk bersama sama dilanggar sepuh Syaichona Cholil, musyawarah untuk NU kedepan dalam menyambut abad kedua. Acaranya sederhana saja. Cukup lesehan dilanggar sepuh. Rois Aam dan Ketum harus menginisiasi ini. Karena dengan duduk dan urung rembug, maka akan ada kekokohan yang sangat luar biasa dari pertemuan tersebut.
Sekali lagi, Segera sowan Demangan, untuk secara tuntas menyelesaikan PR internal maupun eksternal. Walau saya yakin, tulisan ini akan hanya menjadi angin lalu, apalagi yang diberi ‘saran’ adalah ulama panutan. Namun ini adalah gerakan hati warga NU yang ada di pelosok desa. Paling tidak tulisan sebagai ekspresi pengangguran seperti saya, sebagai sumbangsih sebagain landasan hidup lebih baik dengan mengabdi di NU.
Perayaan satu abad ini merupakan perayaan tasyakuran, bukan adu kekuatan. Perayaan satu abad ini momentum konsolidasi, bukan malah saling lempar benci. Perayaan satu abad ini, murni gerakan cinta kepada Jam’iyah , bukan karena gebyah Uyah. Perayaan satu abad ini, misi suci untuk memberi kontribusi kepada negeri. Perayaan satu abad ini bukan sekadar seremonial, tapi acara sakral. Semoga Syaichona Cholil, Mbah Hasyim, Mbah Wahab, Mbah Busyiri, Kiai As’ad, Kiai Nawawi Sidogiri masih mengawasi kita semua dalam berkhidmat di Jam’iyah Nahdlatul Ulama.
*Pengurus PCNU Bangkalan
Comment here