RKH Mohammad Nasih Aschal atau Ra Nasih menjelaskan kepemimpinan yang bisa diteladani dari Baginda Rasulullah Saw tidak begitu sulit. Karena memang kepemimpinan Rasulullah itu didasarkan kepada ajaran.
“Jadi Rasulullah itu mengajarkan kepada umatnya bagaimana seseorang bisa dalam mengajak sedemikian rupa banyak manusia untuk kemudian diajak agar bisa menjalani hidup dengan kesejahteraan,” ujar Ra Nasih saat acara Karomah melalui live Streaming YouTube NUBA TV, Minggu (31/03/2024).
Ketua Umum Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil itu menceritakan bahwa dalam kepemimpinan Rasulullah tidak hanya dikenal dengan sifat-sifat mulianya. Tetapi Rasulullah kerap melakukan interaksi sosial, komunikasi dengan masyarakat. Selain itu, beliau memiliki sifat-sifat paling mendasar.
“Ini menjadi syarat utama yang namanya nubuwat kenabian. Menjadi seorang nabi itu syarat dasarnya Siddiq, Tabligh, Amanah, Fathanah,” paparnya.
Ra Nasih mengungkapkan bagi kita umat Islam jika bisa mengamalkan dalam kehidupan mengenai prinsip kenabian itu, maka sebenarnya kita sudah meneladani bagaimana kepemimpinan dari Rasulullah Saw.
“Kepemimpinan yang kemudian melahirkan adanya sebuah teras atau asas. Rasulullah ini sebelum diutus menjadi nabi, beliau ini sudah memiliki sikap kepemimpinan,” tuturnya.
Wakil Ketua PCNU Bangkalan ini menyebut Rasulullah diberi mandat, dipercaya untuk meletakkan batu Hajar Aswad karena memiliki sikap dasar kepemimpinan. Menurutnya tidak mungkin hal itu dipercayakan kepada Rasulullah jika beliau tidak memiliki sikap dasar kepemimpinan.
“Kenapa Rasulullah dikatakan sebagai Al-Amin atau orang yang dipercaya, yaa karena Rasulullah memiliki sikap kepemimpinan yang didalamnya adalah amanah atau dapat dipercaya,” terangnya.
Ra Nasih menjelaskan jika berbicara tentang prinsip kepemimpinan, kata kuncinya adalah bagaimana manusia itu menjadi sosok yang dapat dipercaya.
“Tentu ini bukanlah suatu hal yang mudah pastinya. Apalagi kalo dikaitkan dengan nabi. Nabi itu tidak pernah salah, nabi itu mustahil melakukan kesalahan dan dosa,” ungkapnya.
Dirinya menerangkan bahwa kesucian nabi bukan serta merta membuat kita sebagai umat tidak mengarahkan hidup kepada kesempurnaan. Karena meskipun berbeda antara para nabi dengan umat secara umum tetapi dasarnya adalah kepemimpinan itu harus didasarkan kepada ajaran.
“Jadi kalo kita melihat Rasulullah, berarti kita melihat bagaimana beliau memiliki kepemimpinan yang benar-benar disukai umatnya. Tipikal beliau itu memang pemimpin. Beliau dalam ajarannya tidak pernah memukul. Ajarannya beliau itu merangkul,” pungkasnya.
Editor : Lutfi
Comment here