nubangkalan.or.id – Status jombla kerap kali menjadi bahan diskusi. Mereka yang masih jomblo kadang berdalih bahwa ada sebagian ulama yang men-jomblo seumur hidup, misalnya Imam Nawawi radhiyallāh ‘anhu. Mereka yang sudah berpasangan berdalih bahwa menikah lebih baik karena banyak sekali pahala akan didapat di mana para jomblo tidak bisa mendaptkannya.
Kedua pendapat tersebut sama-sama memiliki dalih masing-masing. Berikut akan diuraikan tentang pro-kontra para ulama mengenai status jomblo. Kita mulai dengan hadis yang dikutip oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihyā’ Ulūmiddīn berikut:
من ترك التزويج مخافة العيلة فليس منا (رواه ابو منصور الديلمي)
Artinya:“Barang siapa yamg tidak mau menikah karena takut fakir, maka dia bukan golongan kami”
Dari hadis ini, Imam Ghazali menganjurkan bagi setiap orang untuk keluar dari status jomblo. Namun, beliau mengertikan maksud hadis di atas tidak memukul rata semua orang yang berstatus jomblo jelek, yang dimaksud hadis tersebut adalah orang-orang yang mencegah atau enggan untuk menikah tanpa alasan yang jelas.
Berkaitan dengn hukum status jomblo, pada dasarnya memang ada dua pendapat prihal status jomblo, ada yang pro dan kontra. Dan dua pendapat tersebut sama-sama memiliki dasar yang jelas. Mari kita bahas satu persatu.
Kontra Jomblo
Sayyidina Umar radhiyallah ‘anhu pernah berkata, “Tidak mencegah untuk menikah kecuali orang yang lemah dan lacut” Memang dari redaksi teksnya tidak secara tegas mengatakan status jomblo jelek, tapi dari perkataan beliau tersirat bahwa orang yang mencegah untuk nikah termasuk orang yang menyimpang. Bahkan Ibnu Mas’ud radhiyallah ‘anhu mengatakan dengan tegas bahwa, “Seumpama umur saya tinggal sepuluh hari, maka saya senang untuk menikah supaya Allah ﷻ tidak memberi saya status jomblo”
Dua komentar ini, mungkin, cukup mewakili pendapat yang kontra. Dan masih banyak sekali pendapat-pendapat yang kontra pada status jomblo. Apa alasanya? Alasanya bermacam-macam. Di samping memang banyak hadis yang memerintahkan untuk menikah, juga ada yang beralasan biar terhindar dari zina dan masih banyak alasan-alasan yang disampaikan para ulama.
Lantas, bagaimana menyikapi para ulama yang menjomblo sampai akhir hayatnya, seprti Imam nawawi dll. Apakah mereka tidak mengerti dengan hadis-hadis di atas? Jangan berprasangka buruk dulu! Di nuka sudah sudah disinggung bahwa memang ada pro dan kontra, dan alasanya pun sama-sama jelas. Mari kita lihat pejelasan yang pro!
Pro Jomblo
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan bahwa menjomblo adalah hal yang lebih baik daripada menikah. Dalam konteks ini, Abu Sulaiman Addarani radhiyallah anhu pernah ditanya perihal menikah, beliau menjawab, “Sabar untuk tidak menikah dengan wanita lebih bagus daripada sabar menghadapi wanita ketika sudah menikah,” beliau juga berkata, “Orang yang jomblo akan menemukan manisnya beramal dan hatinya kosong hati, di mana selain jomblo tidak dapat menemukan hal itu.” Dan masih banyak alasan-alasan yang disampaikan sahabat dan ulama yang pro dengan status jomblo.
Kesimpulan
Dari beberapa pemaparan di atas, baik yang pro atau kontra pada status jomblo, di kitab Ihya’ Ulumuddin, karya Imam Ghazali, dijelaskan bahwa dari beberapa ulama yang pro pada status jomblo, semuanya tidak secara mutlak pro. Artinya, mereka pro pada status jomblo dengan memberi catatan-catatan/syarat tertentu. Sedangkan ulama yang kontra, ada yang secara mutlak kontra, tapi ada juga yang masih memberi beberpa syarat.
Penulis & Editor: Syifaul Qulub Amin
Comment here