KajianKolom

Selektiflah dalam Memilih Istri!

Selektiflah dalam Memilih Istri!

nubangkalan.co.id – Siapa yang tidak ingin punya pasangan? Ya, semua manusia normal pada umumnya tentu ingin punya pasangan, dan setiap orang punya standar masing-masing dalam menentukan pasangan seperti apa yang diinginkan. Namun, fakta dan kenyataan tidak selamanya berbanding lurus dengan keinginan, standar jodoh yang digambarkan kerap kali sulit dijumpai. Tapi, tahu tidak kalau dalam sudut pandang ajaran Islam itu sudah ada standar bagaimana dan seperti apa pasangan yang ideal itu.

Mula-mula mari kita simak Hadis Nabi Saw. berikut ini:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ‌لَا ‌تَزَوَّجُوا ‌النِّسَاءَ ‌لِحُسْنِهِنَّ، ‌فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ، وَلَا تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ، وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ

Artinya: “Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Janganlah kalian menikahi perempuan karena kecantikannya, barangkali kecantikannya menjadikan ia menolak. Dan janganlah engkau menikahi karena hartanya, barangkali hartanya menjadikan ia berlaku curang. Akan tetapi, nikahilah karena agamanya, dan sungguh seorang budak perempuan yang hitam legam yang beragama baik itu lebih utama. (HR. Ibnu Majah 1/597).

Dari Hadis tersebut kita telah dikasih peringatan oleh Nabi Muhammad Saw. untuk selektif dalam memilih calon istri. Selektif dalam arti tidak memilih berdasarkan kecantikan atau karena hartanya saja. Sebab, alasan demikian akan berpotensi menimbulkan hal-hal negatif sebagaimana yang sudah disebut dalam Hadis. Maka, anjurannya adalah memilih atas dasar keagamaan yang baik dari si calon istri.

Keagamaan yang baik seorang perempuan itu tidak diukur dari gelar, prestasinya di sekolah atau banyaknya kitab yang sudah dipelajari. Allah Swt. sudah memberikan gambaran bagaimana seorang perempuan itu dianggap memiliki keagamaan yang baik sebagaimana firman-Nya dalam Surah An-Nisa’ (34):

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

Artinya: Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena Allah telah menjaga (mereka). (QS. An-Nisa’ [4]: 34)

Dalam gambaran perempuan salihah, sebagaimana ayat di atas, ada dua kriteria yang sangat penting. Dua kriteria tersebut, yaitu perempuan yang taat dan senantiasa menjaga diri di saat suaminya tidak ada.

Imam at-Thabari dalam tafsir Jamiul Bayan-nya menjelaskan bahwa perempuan-perempuan yang taat adalah perempuan yang patuh terhadap perintah Allah Swt. sekaligus patuh terhadap suaminya, patuh dalam arti mengikuti segala perintah dan menjauhi semua larangan.

Sedangkan yang dimaksud dengan menjaga diri adalah perempuan yang mampu menjaga dirinya untuk tidak tergoda atau digoda orang lain saat suaminya tidak ada, serta mampu menjaga harta dan kemuliaan suaminya.

Dan dalam sebuah Hadis yang lain Nabi Muhammad Saw. menjelaskan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ خَيْرِ النِّسَاءِ قَالَ: الَّتِي تُطِيعُ إِذَا أَمَرَ، وَتَسُرُّ إِذَا نَظَرَ، وَتَحْفَظُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ

Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw. ditanya mengenai paling baiknya perempuan. Lalu beliau menjawab: ‘(perempuan yang baik) ia yang taat ketika diberi perintah, menyenangkan saat dipandang dan menjaga suaminya dengan cara menjaga dirinya dan harta suaminya.” (HR. An Nasa’i 8/184).

Nabi Muhammad Saw. memberikan gambaran melalui Hadis ini bahwa perempuan tidak dilihat dari seberapa tinggi tingkat pendidikannya, tidak juga dari seberapa banyak harta yang ia miliki, serta sebaik apa nasabnya, tapi dilihat dari sisi ketaatan dan integritasnya dalam menjaga kemuliaan suami. Perempuan yang menyenangkan saat dipandang tidak selalu harus cantik dengan standar hidung mancung, kulit putih dan bibir merah merona. Perempuan yang menyenangkan bisa juga dari sisi akhlak dan perilakunya yang baik.

Ada sebuah pesan menarik dari tafsir al-Ibriz li Ma’rifati Tafsiri al-Qur’an al-Aziz,  tafsir dalam bahasa jawa tulisan pegon karya K.H. Musthofa Bisri (Gus Mus) buat para jomblo-jomblo yang ingin mencari istri, berikut kutipannya:

“Mulane para kakung yen milih bojo, aja namung rupa. Senajan mungguhing rupa bijine namung nenem utawa pitu kurang, nanging yen atine patut dibiji songo, sak ora-orane wolu utawa pitu, mungguh aku luwih utama katimbang rupane bijine songo, nanging atine biji lima utawa papat, utawa katimbang rupane biji sepuluh, nanging mata keranjang. Wallahu a’lam.”

Artinya: “Oleh karena itu, para lelaki jika memilih seorang istri jangan hanya menilai tingkat kecantikannya saja. Jika dikalkulasikan, andai ada seorang wanita kecantikannya hanya bernilai enam atau tujuh kurang, tapi jika hatinya patut dinilai sembilan atau setidaknya delapan atau tujuh, menurutnya lebih utama.  Daripada kecantikannya bernilai sembilan, tapi hatinya bernilai lima atau empat. Atau bahkan kerupawanannya bernilai sempurna, sepuluh misalnya, tapi mata keranjang. (itu lebih hina), wallahu a’lam.”

Pada akhirnya, kecantikan dan harta akan habis dimakan usia dan waktu, tapi akhlak dan perilaku yang baik untuk terus menjaga kehormatan suami adalah modal utama yang akan terus ada, dan menjadi hiasan saat rumah tangga penuh dengan kebahagiaan serta menjadi cahaya saat rumah tangga penuh ujian dan cobaan. Wallahu a’lam.

Tabik,

Penulis: M. Syafik, Santri aktif PP. Nurul Cholil / Brungbung, Gunung Sereng, Bangkalan

Editor: Syifaul Qulub Amin

Comment here