Kolom

Membaca Pemikiran Ketua PCNU Bangkalan tentang Implementasi Islam Nusantara

Oleh: Ahmad Sukron*

(Artikel ini ditulis berdasarkan hasil diskusi singkat penulis dengan KH. Makki Nasir pada 8 Mai 2024 acara Halal Bihalal PCNU Bangkalan)

Islam Nusantara menjadi topik yang banyak dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Istilah ini mengacu pada interpretasi dan praktik Islam dalam konteks budaya dan nilai-nilai Indonesia. Salah satu figur yang telah secara aktif mempromosikan konsep Islam Nusantara adalah KH. Makki Nasir, Ketua PC Nahdlatul Ulama (NU) di Bangkalan, sebuah kabupaten tanah kelahiran Syaichona Moh. Cholil yang sekaligus menjadi saksi sejarah lahirnya organisasi islam terbesar di Bumi Nusantara melalui tongkatnya yang titipkan kepada santrinya (Kiai As’ad) untuk diserahkan kepada KH. Hasyim Asy’ari sang pendiri NU.

KH. Makki Nasir dikenal sebagai seorang ulama Muslim moderat yang menganjurkan pluralisme, toleransi, dan inklusivitas sosial. Dia percaya bahwa Islam Nusantara dapat menjadi kekuatan pengikat bagi masyarakat Indonesia yang beragam, yang menjadi rumah bagi berbagai kelompok etnis, budaya, dan agama. Sebagai Ketua PCNU Bangkalan, sebuah cabang lokal dari organisasi Islam terbesar di Indonesia, KH. Makki Nasir telah secara aktif mempromosikan nilai-nilai Islam Nusantara di berbagai kesempatan ketika berdakwah. Dia telah mengorganisir berbagai program dan kegiatan untuk menyebarkan pesan pluralisme dan toleransi di antara anggota NU dan masyarakat umum.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh KH. Makki Nasir dalam mempromosikan konsep Islam Nusantara adalah elemen konservatif dalam komunitas Muslim yang melihat istilah tersebut sebagai penyimpangan dari ajaran Islam yang murni. Kelompok-kelompok ini berpendapat bahwa Islam harus dipraktikkan berdasarkan ajaran Al Quran dan Hadis, tanpa pengaruh budaya atau tradisional. Namun, KH. Makki Nasir berpendapat bahwa Islam Nusantara bukanlah konsep baru atau asing. Sebaliknya, itu mendalam terakar dalam sejarah dan budaya nusantara, yang telah menjadi rumah bagi berbagai tradisi dan praktik Islam selama berabad-abad.

Dia percaya bahwa dengan konsep Islam Nusantara, umat Muslim Indonesia dapat mempertahankan identitas agama mereka sambil melestarikan warisan budaya mereka. Selain itu, KH. Makki Nasir, percaya bahwa Islam Nusantara dapat berkontribusi pada persatuan nasional dan harmoni sosial Indonesia.

Di negara di mana konflik agama dan etnis sering terjadi, ia melihat Islam Nusantara sebagai platform untuk mempromosikan dialog, pemahaman, dan kerja sama antar kelompok yang berbeda. Untuk mencapai visi ini, KH. Makki Nasir telah bekerja sama dengan para pemimpin dan ulama NU lainnya untuk mengembangkan wacana akademik dan penelitian tentang konsep Islam Nusantara. Besar harapan KH. Makki Nasir dimasa yang akan datang banyak kader-kader NU mampu mempertahankan dan mengembangkan budaya menulis, menerbitkan buku, artikel, dan jurnal untuk menyebarkan ide mereka dan merespons para kritikus Islam Nusantara.

Selain itu, KH. Makki Nasir telah berinteraksi dengan berbagai stakeholder, termasuk pejabat pemerintah, organisasi antar-agama, dan kelompok masyarakat sipil, untuk mempromosikan nilai-nilai Islam Nusantara. Ia telah mengorganisir seminar, lokakarya, dan konferensi untuk membahas peran Islam dalam konteks Indonesia dan untuk mencari solusi terhadap tantangan yang dihadapi negara.

Sebagai ketua PCNU Bangkalan, tentu banyak harapan yang ia pimpin. Terlebih dalam mempertahankan ajaran Islam yang menjadi bagian dari nafas ajaran NU dengan nilai tambah lokalitas yang mempertimbangkan aspek budaya asli masyarakat nusantara. PCNU Bangkalan menjadi salah satu organisasi otonom di bawah PB Nahdlatul Ulama dengan tugas menjaga keutuhan dan kesinambungan ajaran NU.

KH. Makki Nasir, berkeyakinan bahwa Islam nusantara adalah Islam yang ramah, jazzad, cerdas dan toleran. Oleh karenanya, melalui nuansa Islam nusantara yang lekat dengan kearifan lokal, umat islam dapat beradaptasi dengan lingkungan, menjaga keberagaman serta memperkokoh Negara. Sebagai sebuah organisasi yang memiliki jaringan dan kekuatan yang besar, NU turut membawa Islam Nusantara dari hulu hingga hilir, disamping gencarnya gerakan ekstrimisme dan Radikalisme di bumi nusantara.

Menurut KH. Makki Nasir, NU berdiri kokoh menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan Islam yang moderat dan mengedepankan nilai-nilai persatuan, toleransi, dan kemanusiaan. Komitmen tersebut, terlontar dari dawuh KH. Makki Nasir, ketika beliau menjadi salah satu narasumber yang dihadirkan. Beliau berbicara tentang pentingnya mengembangkan pendekatan Islam Nusantara sebagai cara untuk menangkal gerakan radikalisme dan ekstremisme.

Menurutnya, Islam Nusantara dapat menjadi sebuah model bagi cara umat Islam di negara lain untuk mempraktikkan agama mereka. Namun, bagaimanapun, pendekatan Islam Nusantara tetap menghadapi kritik dari kelompok-kelompok konservatif dan wahabi yang melihatnya sebagai modifikasi terhadap ajaran Islam yang otentik.

Menanggapi kritik tersebut, beberapa ulama NU, termasuk KH. Makki Nasir, telah menyampaikan bahwa Islam Nusantara bukanlah suatu modifikasi terhadap ajaran asli Islam. Sebaliknya, Islam Nusantara hanyalah interpretasi Islam yang mempertimbangkan kearifan lokal nusantara. Hal itu diperkuat dengan satatmen beliau yang mengatakan bahwa “Islam Nusantara tidak mengajarkan bid’ah. Islam Nusantara mengajarkan tarekat, sunah, dan ajaran ahlussunnah waljamaah dalam Islam, sehingga konsep Islam Nusantara adalah konsep ajaran Islam yang dinamis dan adaptif dengan konteks dan local wisdom.

Mari kita doakan semoga, KH. Makki Nasir dan para ulama’ yang menghibahkan dirinya untuk NU terus dimudahkan dan disukseskan dalam memperjuangkan Islam Nusantara sebagai bentuk Islam moderat yang mengakar dalam budaya dan nilai-nilai lokalistik. Karena konsep Islam Nusantara bukanlah suatu modifikasi atau moderasi terhadap ajaran Islam asli, melainkan adaptasi yang mempertahankan karakteristik lokal dan membangun kerukunan masyarakat Indonesia.

*Wakil Sekretaris PCNU Bangkalan

Comment here