
nubangkalan.or.id—Cinta kepada Rasulullah ﷺ merupakan salah satu pondasi utama dalam keimanan seorang Muslim. Tidak sempurna iman seseorang sampai ia mencintai Nabi Muhammad ﷺ melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya, bahkan seluruh manusia. Maka Khutbah kali ini berjudul “Khutbah Jumat: Pentingnya Menanamkan Rasa Cinta Kepada Nabi Muhammad ﷺ”.
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ وَهَدَانَا إِلَى صِرَاطِ الْمُسْتَقِيمَ، صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، الْمَالِكُ الْحَقُّ الْمُبِينُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِينُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مِفْتَاحِ بَابِ رَحْمَةِ اللهِ، عَدَدَ مَا فِي عِلْمِ اللهِ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ بِدَوَامٍ مُلْكِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Rasulullah Muhammad ﷺ adalah sosok agung yang diutus Allah ﷻ sebagai rahmat bagi seluruh alam. Beliau bukan hanya penyampai wahyu, tetapi juga teladan utama dalam seluruh aspek kehidupan. Dari pribadi beliau, umat manusia belajar tentang tauhid, akhlak, kesabaran, kejujuran, kasih sayang, hingga kepemimpinan yang adil. Oleh karena itu, menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah ﷺ bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan spiritual yang mendasar bagi setiap Muslim.
Cinta kepada Rasulullah ﷺ memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Dalam hadis sahih, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa iman seorang Muslim tidak akan sempurna hingga ia lebih mencintai beliau daripada orang tuanya, anaknya, bahkan dirinya sendiri. Rasulullah ﷺ bersabda:
لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Artinya: “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan manusia seluruhnya” (HR. Al-Bukhari).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Cinta kepada Nabi ﷺ merupakan fondasi yang memperkokoh keimanan, sebab tidak mungkin seseorang benar-benar taat kepada Allah tanpa cinta kepada utusan-Nya. Namun, rasa cinta itu tidak cukup hanya dengan diucapkan di lisan. Ia harus ditanamkan, dipelihara, dan diwujudkan dalam bentuk nyata, yakni dengan menghidupkan sunnah beliau, mengikuti ajaran-ajaran yang diwariskan, serta menjadikan beliau sebagai teladan utama dalam kehidupan sehari-hari. Semakin kuat cinta seorang muslim kepada Rasulullah ﷺ, semakin kuat pula semangatnya untuk beribadah, berakhlak mulia, dan berjuang menegakkan kebenaran.
Di era modern yang penuh dengan tantangan arus globalisasi, dan pengaruh budaya asing yang sering kali melalaikan umat dari ajaran agama, menanamkan rasa cinta kepada Rasulullah ﷺ menjadi sangat penting. Cinta itulah yang akan menjadi benteng bagi umat Islam agar tidak terombang-ambing oleh pemikiran dan gaya hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Dengan menanamkan rasa cinta kepada beliau, generasi muslim dapat tumbuh dengan jiwa yang kokoh, berakhlak mulia, dan senantiasa menjunjung tinggi ajaran agama.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Kenapa, di tengah tantangan zaman dan derasnya arus budaya yang dapat melalaikan umat dari teladan Rasulullah ﷺ, sangat penting menanamkan rasa cinta kepada beliau. Begini alasannya.
Pertama, Allah menjadikan ittibā‘, mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan, perkataan, maupun ketetapan sebagai cara mencintai beliau dan syarat mutlak meraih cinta Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ali ‘Imran ayat 31:
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosa mu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dijelaskan bahwa cara untuk membalas cinta Allah karena telah memberikan banyak nikmat di dunia adalah dengan mengikuti Nabi Muhammad. Allah telah menjadikan sang kekasih-Nya itu untuk dikasihi, diikuti, dikenal, dan didekati. Dengan demikian, cinta Allah akan dapat diperoleh dan Allah juga akan mengampuni dosa para hamba-Nya.
Kedua, Allah menjadikan ketaatan kepada Rasulullah ﷺ, baik dalam bentuk perbuatan, perkataan, dan ketetapan beliau adalah wujud cinta kepada beliau, dan wujud ketaatan kepada Allah Swt. Allah SWT berfirman:
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللّٰهَ ۚ وَمَنْ تَوَلّٰى فَمَآ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا ۗ
Artinya: “Siapa yang menaati Rasul (Muhammad), maka sungguh telah menaati Allah. Siapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad) sebagai pemelihara mereka.” (QS an-Nisa [4]: 80).
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا
Artinya: “Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS an-Nisa [4]: 69).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Ketiga, Menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah ﷺ sebagai bentuk cinta kepada beliau, sebab dengan menghidupkan sunnahnya menjadi bukti kecintaan kepada beliau dan akan berkumpul bersama beliau di surganya Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
ﻣﻦ ﺃﺣﻴﺎ ﺳﻨﻨﻲ ﻓﻘﺪ ﺃﺣﺒﻨﻲ ﻭﻣﻦ ﺃﺣﺒﻨﻲ ﻛﺎﻥ ﻣﻌﻲ ﻓﻲ اﻟﺠﻨﺔ
Artinya: “Barang siapa menghidupkan Sunnah-sunnshku maka ia telah mencintaiku, dan barang siapa mencintaiku maka ia bersamaku di surga.” (Faidul Qodir juz 6, halaman 40).
Keempat, Agar selalu menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai prioritas dalam segala hal, termasuk di dalam kepentingan hidup di dunia dan di akhirat. Allah SWT berfirman:
اَلنَّبِيُّ اَوْلٰى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ اَنْفُسِهِمْ
Artinya: “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan dengan diri mereka sendiri.” (QS al-Ahzab [33]: 6).
Kelima, memperbanyak shalawat kepada Rasulullah sebagai bentuk doa dan pengagungan terhadap kedudukan Rasulullah Muhammad ﷺ. Sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Tafsir Al-Qurtuni juz 14, halaman 232:
ﻭاﻟﺼﻼﺓ ﻣﻦ اﻟﻠﻪ ﺭﺣﻤﺘﻪ ﻭﺭﺿﻮاﻧﻪ، ﻭﻣﻦ اﻟﻤﻼﺋﻜﺔ اﻟﺪﻋﺎء ﻭاﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ، ﻭﻣﻦ اﻷﻣﺔ اﻟﺪﻋﺎء ﻭاﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ﻷﻣﺮﻩ
Artinya: “Shalawatnya Allah kepada Nabi Muhammad berarti rahmat dan keridhan-Nya kepada beliau. Sedangkan shalawat para malaikat berarti doa dan permohonan ampun (istighfar) mereka bagi Rasulullah. Adapun shalawat umat beliau merupakan doa dan pengagungan terhadap kedudukan Rasulullah Muhammad ﷺ.”
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِالْآيآتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. إِنَّهُ تَعَالَى جَوَّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرْ.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَأُذُنٌ بِخَبَرٍ. أَمَّا بَعْدُ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ, إِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنْ. وَحَافِظُوا عَلَى الطَّاعَاتِ وَخُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلآئِكَةِ قُدْسِهِ, فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلًا عَلِيْمًا. إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفآءِ الرَّاشِدِيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكَانُوْا بِهِ يَعْدِلُوْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلآءَ وَالْوَبآءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا والزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلْدَتِنَا هَذِهِ خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ الْبِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ, إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَلْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِىْ الْقُرْبَى وَيَنْهَاكُمْ عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبُ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزُّ وَأَجَلُّ وَأَكْبَرُ.
Penulis: Ibrahim/Alumnus Pondok Pesantren Al Hikmah Darussalam Tepa’nah Barat, Durjan, Kokop, Bangkalan & Pegiat Bahtsul Masail MWC NU Tambelangan.
Editor: Syifaul Qulub Amin/Pengurus LTN PCNU Bangkalan.
Comment here