
nubangkalan.or.id—Shalat adalah tiang agama. Di samping itu, dalam Islam, shalat merupakan ibadah paling utama, yaitu ibadah berupa doa, bacaan, dan gerakan tertentu yang dilakukan dengan penuh khusyuk sebagai bentuk penghambaan kepada Allah ﷻ. Selain itu, shalat juga merupakan rukun Islam kedua setelah syahadat, dan menjadi amalan yang pertama kali dihisab di hari kiamat. Maka dari itu, naskah khutbah Jumat kali ini bertajuk “Khutbah Jumat: Cara Agar Shalat Bisa Diterima di Sisi Allah SWT”.
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَوْضَحَ لَنَا شَرَائِعَ دِينِهِ، وَمَنَّ عَلَيْنَا بِتَنْزِيلِ كِتَابِهِ، وَأَمَدَّنَا بِسُنَّةِ رَسُولِهِ، فَلِلَّهِ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ هِدَايَتِهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ؛ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَي وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ، اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: بِسْمِ اللّٰهِ الرّٰحْمَنِ الرّٰحِيْمِ، وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِِلَّا الَّذِینَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Shalat merupakan tiang agama dan ibadah yang paling utama dalam Islam. Ia adalah kewajiban yang langsung diperintahkan oleh Allah ﷻ kepada Nabi Muhammad ﷺ saat peristiwa Isra’ Mi’raj, sehingga memiliki kedudukan yang sangat agung.
Shalat bukan hanya sekadar gerakan jasmani, melainkan juga sarana untuk menghubungkan hati seorang hamba dengan Tuhannya. Namun, tidak semua shalat otomatis diterima, karena penerimaan shalat bergantung pada kesempurnaan syarat, rukun, niat, serta kekhusyukan dalam melaksanakannya.
Oleh sebab itu, setiap Muslim dituntut untuk mengetahui bagaimana cara agar shalat yang ia kerjakan benar-benar diterima oleh Allah ﷻ dan membuahkan hasil berupa ketenangan jiwa, kebersihan hati, serta terhindar dari perbuatan keji dan munkar.
Banyak dalil yang menunjukkan kewajiban perintah shalat baik dalam al-Qur’an maupun hadis. Salah satu perintah untuk mendirikan shalat termaktub dalam al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 43:
وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” QS. Al-Baqarah [2]: 43).
Selain itu, Rasulullah ﷺ juga menjelaskan dalam sebuah hadisnya tentang pentingnya shalat dalam hubungannya dengan keselamatan seseorang di hari kiamat, karena shalat adalah amal jasmani pertama yang akan dihisab. Mari renungan hadis berikut:
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ عَلَيْهِ اْلعَبْدُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اَلصَّلَاةُ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ سَائِرُ عَمَلِهِ وَإنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Artinya: “Amal pertama yang akan dihisab dari seorang hamba adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Dan jika shalatnya buruk, rusaklah semua amalnya.” (HR. At-Thabrani).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dari uraian ayat dan hadis di atas, bisa kita pahami bahwa shalat merupakan ibadah yang sangat penting, karena shalat merupakan amal jasmani yang akan dihisab pertama kali untuk menentukan kebaikan amal-amal yang lain.
Oleh sebab itu, kita harus berusaha bagaimana caranya agar shalat kita senantiasa diterima oleh Allah SWT. Dijelaskan dalam kitab Mirqātu Su’udi At-Tasdhīq fī Syarhi Sullamut Taufīq, halaman 76, bahwa syarat diterimanya shalat sebagaimana berikut:
وشرط مع ما مر لقبولها عند الله سبحانه وتعالى أن يقصد بها وجه الله تعالى وحده، وأن يكون مأكله وملبوسه ومصلاه حلالا، وأن يحضر قلبه فيها فليس له من صلاته إلا ما عقل منها، وأن لا يعجب بها.
Artinya: “Agar shalat diterima oleh Allah SWT, syarat-syarat berikut perlu diperhatikan: Pertama, shalat harus dikerjakan hanya bertujuan kepada Allah SWT semata. Kedua, makanan, pakaian dan tempat shalatnya harus halal. Ketiga, menghadirkan hatinya di dalam shalat (khusyuk), karena seseorang tidak mendapatkan sesuatu dari shalatnya selain apa yang ia renungkan. Dan keempat, tidak berbangga diri dengan shalatnya.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Perlu diketahui bahwa sangat sulit untuk bisa melakukan syarat-syarat tersebut, terutama syarat khusyuk kepada Allah SWT. Dengan sebab inilah, sebagian ulama salaf mengatakan bahwa agar shalatnya diterima harus senantiasa shalat dengan cara berjamaah, asalkan di dalam mengerjakan shalatnya tidak melakukan hal-hal yang membatalkan shalat, sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Kifāyatul Atqiyā’ wa Minhajul Ashfiyā’, halaman 45:
وقال بعض السلف إذا قامت الجماعة نظر الله إلى قلب الإمام إن كان فيه خير رضي عنهم وقبل صلاتهم وغفر لهم وإن لم يكن فيه خير نظر إلى قلوب المأمومين فإن كان فيهم من في قلبه خير رضي عنهم وقبل صلاتهم وإن لم يكن فيهم من في قلبه خير نظر إلى اجتماعهم في الصلاة وإلى قيامهم بين يديه فيرضى عنهم ويتقبل صلاتهم ويغفر لهم
Artinya: “Sebagian ulama salaf berkata: Jika shalat jamaah didirikan, maka Allah melihat hati seorang imam, jika di dalamnya terdapat kebaikan, maka Allah ridha kepada mereka, menerima shalatnya, dan mengampuni dosanya.
“Dan jika tidak ada kebaikan di dalam dirinya (imam), maka Allah melihat hati para makmum, sehingga jika ada di antara para makmum yang memiliki kebaikan di dalam hatinya, maka Allah ridha kepada mereka dan menerima shalatnya. Namun, jika tidak ada seorang pun kebaikan di dalam hatinya (makmum), maka Allah melihat shalat jamaah mereka dan mendirikannya mereka di hadapannya, sehingga Allah ridho kepada mereka, menerima shalatnya, dan mengampuni dosanya.”
Di samping mengerjakan shalat dengan cara berjamaah akan diterima oleh Allah SWT, juga shalat berjamaah memiliki keutamaan tersendiri, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah ﷺ, yaitu:
ﺻﻼﺓ اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺻﻼﺓ اﻟﻔﺬ ﺑﺴﺒﻊ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺩﺭﺟﺔ
Artinya: “Shalat berjamaah lebih utama 27 derajat dibanding shalat sendirian.” (HR. Muslim).
Maka dari itu, agar shalat kita diterima oleh Allah SWT, di samping melakukan semua syarat dan rukunnya shalat, serta meninggalkan sesuatu yang membatalkan shalat, kita harus melakukan empat hal di atas yang menjadi syarat diterimanya shalat. Namun, karena hal tersebut sangat sulit, khususnya bagi orang awam, maka harus senantiasa shalat berjamaah, sebagaimana pendapat sebagian ulama salaf.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلٓهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Penulis: Ibrahim/Alumnus Pondok Pesantren Al Hikmah Darussalam Tepa’nah Barat, Durjan, Kokop, Bangkalan & Pegiat Bahtsul Masail MWC NU Tambelangan.
Editor: Syifaul Qulub Amin/Pengurus LTN PCNU Bangkalan.
Comment here