News

Ikhtiar Menjaga Ajaran Para Muassis, Pembina JRA Bangkalan: Butuh Langkah Konkrit Nyata Secara Organisatoris

Nubangkalan.or.id – Dalam rangka menjawab berbagai dinamika persoalan-persoalan hidup yang kian kompleks, tidak terkecuali dalam hal meraih jalan kesembuhan bagi orang-orang yang sakit tentu diperlukan upaya-upaya yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits sebagaimana yang telah diajarkan oleh para ulama ahlus sunnah wal jamaah atau aswaja khususnya Nahdlatul Ulama (NU).
Pengurus Cabang (PC) Jam’iyyah Ruqyah Aswaja (JRA) Team Syaikhona Bangkalan mengadakan Pelatihan Praktisi JRA Jawa Timur guna mencetak bibit-bibit praktisi baru dalam upaya memperluas medan dakwah untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai obat yang pertama dan utama bagi seluruh makhluk yang sakit baik itu penyakit psikis, medis, maupun non medis, Selasa (22/8).
Acara pelatihan yang digelar di aula Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil (PPSMCH) ini juga dihadiri oleh ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangkalan, KH Muhammad Makki Nasir yang juga sekaligus menjadi Pembina PC JRA Team Syaikhona Bangkalan.
Dalam kesempatan ini, pria yang akrab disapa Kiai Makki tersebut menyampaikan bahwa NU didirikan bukan dalam rangka membentuk ajaran baru maupun metode baru.
“Tapi dibentuk dalam rangka ikhtiar, berupaya agar ajaran-ajaran yang telah disampaikan oleh ulama-ulama aswaja tetap terjaga sepanjang zaman”, tuturnya meyakinkan.
Tentu hal ini, lanjutnya membutuhkan langkah-langkah konkrit nyata secara organisatoris.
“Karena kebaikan apapun tanpa adanya langkah-langkah yang terkelola secara organisasi, ini akan mudah terpatahkan dan terkalahkan oleh kebatilan-kebatilan”, terangnya di hadapan puluhan peserta.
Kiai Makki menjelaskan bahwasanya NU dan JRA sama-sama turut menjaga ajaran-ajaran para ulama aswaja dengan posisi, fungsi dan peran yang berbeda.
NU, lanjutnya sebagai organisasi yang menghimpun banyak orang dengan berbagai latar belakang yang berbeda namun memiliki satu tujuan yang sama. Sedangkan JRA sebagai komunitas orang-orang tertentu yang memiliki spesialisasi yang sama dan menjadi bagian dari NU, satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
“Jangan sampai salah kata, salah paham, apalagi paham salah. Seperti kata peribahasa Madura, tempatnya tempati dan pekerjaannya kerjakan”, ucapnya mengingatkan.
Upaya-upaya memadamkan cahaya Allah itu memang jelas adanya, lanjut kiai yang juga mengemban amanah sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bangkalan tersebut. Seperti adanya narasi bahwa ruqyah adalah bid’ah, sesat, syirik, dan lain sebagainya.
“Maka peran JRA dibutuhkan di sini untuk memberikan terapi agar umat tidak mudah terprovokasi terhadap narasi-narasi yang berupaya memadamkan Nurullah tersebut”, ucapnya menegaskan.
“Tak terkecuali terapi psikis terhadap narasi-narasi yang berupaya memecah belah kerukunan umat khususnya Nahdliyin”, pungkasnya. (Abdullah Hafidi/Hasin)

Comment here