KajianNews

Ulasan Imam Ghazali Seputar Pendidikan Anak (2): Dampak Positif Menanamkan Pola Hidup Sederhana kepada Anak

Ilustrasi Anak-anak Sedang Belajar Bersama

Hadiah sekaligus tanda bahwa seoarang anak bersih hatinya dan akan sempurna akalnya kelak ketika sudah baligh ialah memilki rasa malu. Artinya, ia sudah mengeluarkan ekspresi malu walaupun mungkin belum ia sadari bahwa ia enggan melakukan hal tersebut karena rasa malu; tidak semua hal ia kerjakan.

Misal, ia tanpa disuruh meninggalkan sebagian pekerjaan karena pekerjaan tersebut berlainan dengan pekerjaan yang dilakukan teman sepantarannya. Lah, hal-hal sekecil ini pun harus tidak luput dari perhatian kedua orang tua.

Sebagai orang tua, hal sekecil apapun yang dilakukan anak-anaknya sebaiknya diperhatikan. Sebab, seperti yang telah dipaparkan pada bagian pertama, yakni pembiasaan hal baik sejak dini harus diterapkan, tentu dalam praktik di lapangan perkara kecil pun perlu diperhatikan. Dalam konteks ini, Imam Ghazali menegaskan:

ومهما رأى فيه مخايل التمييز فينبغي أن يحسن مراقبته وأول ذلك ظهور أوائل الحياء – إحياء علوم الدين

Artinya: “Apabila seorang anak telah terlihat darinya tanda tamyiz, maka sebaiknya (bagi kedua orang tua) untuk selalu perhatian kepadanya. Permulaan tamyiz ditandai dengan tumbuhnya rasa malu.” (Ihya’ulumiddin)

Dengan demikian, perhatian atau kontrol orang tua kepada anak merupakan perkara yang wajib dilakukan. Contoh sederhana, sejak anak lahir harus diberi ASI (air susu ibu) dan dirawat oleh wanita beragama yang mengkonsumsi makanan halal.

Sebab, ASI yang keluar dari perkara haram, di dalamnya sama sekali tidak mengandung barakah.Sehingga, apabila seorang anak meminum ASI dari ibu yang mengkonsumsi makanan haram, anak akan tumbuh dengan darah yang di dalamnya bercampur perkara haram. Akibatnya, tabiat anak akan cenderung pada perkara buruk.

Kembali pada pembahasan pembiasaan hal baik sejak dini. Pembiasaan kesederhanaan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari adalah sifat yang harus ditanamkan sejak dini. Jangan pernah membiasakan anak dengan kemanjaan yang berlebihan.

Jangan biasakan anak selalu ada dalam zona nyaman, pun jangan dibuat senang dengan hias-hias yang tak diperlukan. Dampaknya, jika dua hal ini dibiasakan, kelak ketika dewasa anak-anak yang biasa nyaman dengan kemewahan dan pakaian-hias berlebihan, misalnya, orientasi hidup mereka juga akan mencari atau mempertahankannya.

Akhir cerita, kehidupan mereka hanya disibukkan dengan mencari hal-hal kurang berfaidah; menyia-nyiakan umur; lupa bahwa setelah kehidupan dunia ada kehidupan yang abadi; akhirat.

Imam Ghazali di dalam Ihya’ulumiddin menjelaskan dampak negatif apabila seorang anak dibiasakan hidup dalam zona nyaman dan bermewahan dengan perkara yang tidak diperlukan. Beliau berkata:

ولا يعوده التنعم ولا يحبب إليه الزينة والرفاهية فيضيع عمره في طلبها إذا كبر فيهلك هلاك الأبد – إحياء علوم الدين

Artinya: “Orang tua jangan membiasakan kepada anaknya untuk berada di zona nyaman dan jangan membuat senang pada hal-hal yang berbabau kemewahan. Akibatnya (kalua hal tersebut dilakukan), ia akan menyia-nyiakan umur untuk mencarinya (hal yang hanya berbau dunia) kelak ketika dewasa. Dengan sebab ini, akhirnya ia akan abadi dalam kerusakan.” (Ihya’ulumiddin)

Walhasil, poin-poin berikut ini dapat dijadikan pegangan bagi setiap orang tua supaya kelak pas dewasa pola pikir anak-anaknya tidak hanya berorientasi menumpuk perkara dunia yang hanya menyia-nyiakan umur pada kehidupan tua: yaitu (1) menerapkan pola hidup sederhana; (2) memperhatikan dan menjaga pola makan sehari-hari; kehalalan; (3) mengontrol aktivtas walaupun dalam perkara kecil; dan (4) membiasakan hal baik sedini mungkin.

Semoga bermanfaat!

Rujukan: Imam Ghazali. Ihya’ Ulumuddin. Maktabah Syamilah

Penulis: Syifaul Qulub Amin

Editor: Syifaul Qulub Amin

Comment here