KajianNews

Hari Santri Bukanlah Sekedar Simbol

Ilustrasi: Semangat belajar para santri menjadi bagian penting dalam menjaga eksistensi bangsa Indonesia—(Sumber: Bing Image Creator AI/Dall-E)

Hari Santri bukanlah sekadar simbol, bukan pula sebuah seremonial belaka. Ini adalah darah, keringat, dan air mata yang tercurah demi kemerdekaan bangsa ini.

Kita harus ingat betul, bahwa pada tanggal 22 Oktober 1945, Resolusi Jihad digelorakan oleh Hadratussyekh K.H. Hasyim Asy’ari, para ulama dan kiai kita, yang menyerukan seluruh umat Islam—khususnya para santri—untuk membela tanah air dari penjajah. Mereka tidak mundur, tidak gentar, bahkan saat kematian sudah di hadapan mereka.

Dengan tekad yang terpatri dalam jiwa, mereka melangkah maju dengan kalimat takbir di bibir, menggenggam senjata seadanya, namun dengan keberanian yang melampaui batas.

Hari ini, menjadi tugas kita, para penerus perjuangan. Perjuangan saat ini tidak lagi dengan cara mengangkat senjata ataupun membawa bambu runcing, tetapi dengan cara belajar ilmu, untuk tetap menjaga kelestarian dan kedamaian bangsa, karena dengan belajar ilmu kita bisa menjaga kelestarian dan kedamaian bangsa serta bisa mempertahankan dan mengenang perjuangan santri-santri terdahulu. Sayyid Muhammad dalam kitab At-Tahliyah wat Targhib mengatakan:

هُوَ أَنْ تَجْتَهِدَ فِي تَحْصِيْلِ الْعُلُوْمِ وَالمَعَارِفِ التي بِهَا تَتَمَكَّنُ مِنْ خِدْمَةِ الوَطَنِ العَزِيْزِ عَلَى وَجْهِ الْاِكْمَالِ فَاِنَّ الجَاهِلَ تَصَرُّفَاتُهُ كُلُّهَا دَرِيْعَةٌ لَا يَعْرِفُ مَا فِيْهَا المَنْفَعَة  

Artinya, “Mempertahankan perjuangan adalah dengan cara berupaya mendapatkan ilmu dan pengetahuan, yang dengannya seseorang bisa berbakti pada negara yang mulia dengan cara yang sempurna. Sebab, semua tindakan orang bodoh adalah upaya yang tidak diketahui manfaatnya.”

Di samping itu, peringatan hari santri ini merupakan simbol kecintaan kita terhadap tanah air, karena dengan cinta tanah air, negeri kita bisa menjadi negeri yang makmur, seperti perkataan sayyidina Umar radhiyallahu ‘anhu dalam kitab Ruhul Bayan, Juz 6, Halaman 442:

ﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻟﻮﻻ ﺣﺐ اﻟﻮﻃﻦ ﻟﺨﺮﺏ ﺑﻠﺪ اﻟﺴﻮء فبحب اﻷﻭﻃﺎﻥ ﻋﻤﺮﺕ اﻟﺒﻠﺪاﻥ

Artinya: “Tanpa cinta tanah air, niscaya akan hancur suatu negeri yang terpuruk. Maka dengan cinta tanah air, negeri-negeri termakmurkan.”

Dengan demikian, melihat semangat para santri terdahulu, kita harus bertekad untuk menjadi generasi yang tangguh, yang tidak hanya menunduk dalam keilmuan, tetapi juga berdiri tegak dalam membela agama, negara, dan berpegang teguh pada akhlakul karimah.

Oleh sebab itu mari kita lanjutkan perjuangan ini dengan semangat tak kenal lelah, agar darah yang tumpah dari para pejuang tidak hilang sia-sia.

Penulis: Ibrahim, Santri Pondok Pesantren Al Hikmah Darussalam Tepa’nah Barat, Durjan, Kokop, Bangkalan.
Editor: Syifaul Qulub Amin

Comment here